30 October 2018

Sejarah Desa Bailangu


Ini lah sejarah dusun kitek yaitu dusun Bailangu, desa yang terletak di kecematan sekayu kabupaten musi banyuasin, penulis hanya men share ulang postingan dari blog http://bailangu.blogspot.com/2009/01/sejarah-desa-bailangu_04.html semoga ini dapat bermanfaat untuk kita semua salam Bobs SELAMAT membaca.



Bailangu, dalam hikayat Sultan Mahmud Badarudin II disebut desa Buay Langu (sumber wikipedia).  Desa Bailangu menurut kisah turun temurun dari Kakek kami Haji Muhammad Yusuf (Pangawa Yusuf alias Nenek Bogor), didirikan oleh Puyang Abusaka yang berasal dari Desa Kima Bangka Provinsi Bangka Belitung. Beliau meninggalkan 4 orang anak yaitu Puyang Lebe, Puyang Janggut (Jantiri), Puyang Mudim (Ragentam Ali),  dan Puyang Tembesu. Dari Puyang Lebe lah garis keturunan kami dimulai. Sepertinya nama Bailangu ada kemiripan dengan "Belinyu" yang juga terdapat di Kabupaten Sungai Liat Bangka dimana Desa Kima juga ada disana. Sementara kalau di terjemahkan secara terurai kata Buay berarti "ayunan" dan Langu "nama salah satu cendawan yang biasa dijadikan sumber makanan oleh masyarakat Bailangu.


Melihat dari tempat dimana mereka dimakamkan, sepertinya ada semacam simbol yang bisa dimaknai  mereka sebagai pendiri dan pelindung Desa Bailangu dimana Puyang Janggut dimakamkan di daerah Sungai Guci ("dilo dusun"), Puyang Mudim ("berang dusun", diseberang sungai Musi), Puyang Lebe ("darat dusun", mikak di jalan tengah dekat makam Puyang dak bepusat) dan Puyang Tembesu ("dulu dusun", konon dimakamkan di tanah tumbuh daerah sungai tilan Lumba Jaya).

Semasa hidupnya keempat puyang tersebut banyak menorehkan sejarah sebagai tokoh yang disegani karena Ilmu kedigdayaan mereka, dan Ilmu kedigdayaan tersebut diwariskan secara turun temurun dan keturunan mereka yang paling terkenal adalah "puyang dak bepusat alias Ketip Tiudin alias Puyang Silam-silaman".

Salah satu yang dikisahkan kepada saya adalah pernah suatu hari Puyang Tembesu "andun" (berkunjung) ke Desa karang waru, lalu mendekati gadis di desa tersebut. Hal ini tidak diterima oleh masyarakat Desa tersebut, sehingga si Puyang di sandera lalu di ikat di tiang tembesu Balai Desa Karang Waru. Kemudian dengan Ilmu yang dimilikinya Puyang Tembesu memanggil seekor burung "kuntul", lalu ia berpesan kepada burung tersebut agar disampaikan kepada "kuyung-kuyungnye" di Bailangu kalau beliau sedang disandera dan diikat di Balai Desa karang Waru. Maka entah bagaimana ketiga orang kakak beliau yaitu "puyang mudim, puyang lebe dan puyang janggut datang ke Desa tersebut. Lalu sesampainya di Desa tersebut mereka berteriak minta dilepaskan adiknya "puyang Tembesu" sambil menghentakkan kaki di tebing pinggiran sungai Desa tersebut. Dan ajaibnya pinggiran sungai langsung longsor, dan sampai saat ini dapat disaksikan ada tebing yang somplak di Desa tersebut. dan karena hal inilah maka puyang ini dijuluki oleh kakak-kakaknya"puyang tembesu".

Kalau menelaah dari kisah-kisah yang saya dengar sepertinya Puyang Lebe adalah anak tertua dari Puyang Abusaka, karena beliau dipercaya sebagai kepala desa, sementara Puyang Janggut sebagai Tabib, puyang Mudim semacam Ksatria pelindung sementara Puyang Tembesu  yang paling bungsu menguasai Ilmu perbintangan dan pertanian. Sepertinya keempat puyang ini memiliki kelebihan masing-masing yang telah diwariskan oleh Puyang Abusaka, ada yang menguasai Ilmu pemerintahan dan agama, ada yang menguasai Ilmu pengobatan, ada yang menguasai Ilmu kebatinan, dan si bungsu menguasai ilmu perbintangan dan pertanian. Walaupun secara umum mereka sama-sama memiliki Ilmu kebatinan yang tinggi.

Sementara puyang Abusaka sendiri kembali ke Desa Kima, setelah meninggalkan keempat anaknya untuk menetap dan mendirikan Desa Bailangu.

Dahulu Desa Bailangu terletak di seberang Sungai Musi bagian hilir (daerah berang Sungai Guci), namun karena disana terlalu banyak nyamuk dan ada yang terkena wabah malaria akhirnya Desa dipindahkan ke seberang seperti yang ada saat ini.

Dahulu Bailangu dikepalai oleh "lebe" lalu berganti menjadi "keria" atau "kerio" lalu "kepala desa" seperti sekarang ini. Terdiri dari empat kampung, yaitu kampung satu sampai dengan kampung empat, masing-masing kampung dikepalai oleh "pengawa". Keria terakhir yang memimpin Bailangu adalah "Keria Nahnu". Setelah beliau, pemimpin Desa Bailangu disebut Kepala Desa, sementara istilah Pangawa diganti menjadi Kepala dusun (Kadus).

Namun saat ini Desa Bailangu telah di bagi menjadi dua Desa yaitu Bailangu Barat berbatasan Sebelah Ulu sebagian Lumba Jaya Sungai Tilan hingga Jalan Masjid dan Bailangu Timur yang berbatasan mulai Jalan Masjid hingga Sungai Guci sebelah Ilir yang berbatasan dengan Desa Epil, masing-masing dikepalai oleh seorang Kepala Desa.

Beberapa Tokoh yang pernah menjadi Pimpinan Desa Bailangu :
1. Keria Said
2. Keria Panjang (H. Somad)/Mamak Keria Muslim
3. Keria Kholiq
4. Keria Muslim (adik nenek kami)
5. Keria Usman (keponakan keria Muslim)
6. Keria Nahnu
7. Kades Zulfakar Sholah (Anak Nakan/Cucu H. Somad)
8. Kades Naini
9. Kades Ali Sadikin
10. Kades  Asad Isa
11. Kades Hamza

Beberapa Tokoh Intelektual Bailangu
1. Muhammad Isa Sarul, MA
2. Dr. Darwin Anshor (pemilik Klinik Bersalin Dona)
3. Kol Pol. Purn. Herdin
4. Letkol Pol. Purn. Asrokol
5. Drs. Daeran (Dosen Unsri)
6. Drs. M. Oetih Basri. S (Dosen Unsri)
7. Ir. Haji Mursaha (Rupalesta)
8. Ir. Karim Bahusin
9. Ir. Haji Yazid Musyarofah
10. Dr. Wim Ghazali
11. H. Wim Iskandar, MBA (Adik Dr. Wim Ghazali)
12. Alm DR. H Wim Anshori.Msc
13. Wim Oemin, MBA
14. H. Zumal Arasy, MM
15. H. Moekri Kamal, MM
16. Drs.H Waras Husin.
17. Drs. H. Sam Yose Rizal (Rizal Ichsan)
18. Drs. Sinardin
19. Ir. Kertalegawa

Tokoh Intelektual Muda Bailangu :
1. DR, Ir. Zuber Angkasa, MT. arc bin H. Wazir,
    (sepupuh Dr. Wim Ghozali)
2. Damsi Ucin (Mantan Anggota DPRD Muba)

Beberapa tokoh Masyarakat Bailangu
1. Guru Bakri
2. Haji Hamzah (Kaji Menjah)
3. Kiyai Haji Kohar
4. Guru Bakir
5. Guru Anshor
6. Guru Darmo
7. Guru Haji Munir
8. Guru Abdul Rahman (Guru Darman)
8. Ketip Haji Muin
9. Ketip Arasy
10. Guru Ishak
11. Haji Ruslan Ilyas (guru)
12. Guru Dahlan
13. Guru Karo (Haji Alimaskaro)
14. Guru Abuyani
15. H. Wazir (Pengawa pertama Sungai Guci)
      Ketua Adat pertama Desa Bailangu

(Masih banyak tokoh lain yang belum dapat saya inventarisir, disini saya bedakan antara tokoh Intelektual dan tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat adalah tokoh-tokoh yang lebih banyak menetap di Desa Bailangu, sementara Tokoh Intelektual adalah Tokoh asal Bailangu, namun lebih banyak menghabiskan waktunya di perantauan. Insya Allah akan diupdate kembali, karena mungkin masih ada tokoh-tokoh masyarakat Bailangu generasi tua yang perlu saya inventarisir lagi)

Saat ini tokoh-tokoh Muda Bailangu telah menyebar diseluruh penjuru Nusantara dengan berbagai profesi, sebagai hasil dari karakter ughang Bailangu yang senang merantau ("melarat"). Laksana air bah, generasi muda Bailangu telah menyebar ke penjuru tanah air menggapai impian dan cita-cita mereka masing-masing.